Jamuan makan 16 Juni 1948 di Hotel Atjeh menjadi awal lahirnya Seulawah RI 01 dan 02, cikal bakal Garuda Indonesia Airways.
Di depan para saudagar yang
datang ke jamuan itu, Soekarno, dengan gaya khasnya berpidato. Ia
meminta para saudagar Aceh menyumbangkan harta mereka untuk pengadaan
pesawat terbang.
Tak jelas apa yang dikatakan
Bung Karno dulu. Tapi ruang jamuan makan itu bisa jadi saksi apa yang
dibincangkan Soekarno dengan Daud Beureueh dan hartawan Aceh.
Tapi, tidak ada foto yang
merekam jamuan itu. Hotel Aceh--bukan Atjeh--tempat Soekarno datang itu
pun kini tak berjejak. Yang tersisa di bekas areal hotel itu kini hanya
tiang-tiang besi.
Padahal, hotel ini merupakan satu-satunya hotel pertama di Aceh. Letaknya di sebelah kiri Masjid Raya Baiturrahman.
Soekarno mendarat bersama
rombongan pada 15 Juni 1948 di lapangan terbang Lhoknga. Ada referensi
yang menuliskan bahwa rombongan pendamping Soekarno ketika itu tak
berpakaian necis seperti jas parlente yang dikenakan Bung Karno.
Dalam rombongan ini ikut juga
Perdana Menteri Muhammad Natsir. Ini kunjungan kerja Soekarno ke Aceh.
Catatan sejarah menyebutkan, kala itu Soekarno menghiba-hiba di depan
Daud Beureueh agar rakyat Aceh mau ikut membantu pembelian pesawat.
Akhirnya, pada pertemuan yang
digelar oleh Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh atau GASIDA itu,
rakyat Aceh setuju dengan permintaan Soekarno.
Kini, di antara jejeran besi di
antara petapakan Hotel Aceh itu, ada sebuah prasasti. Isinya dituliskan
dalam bahasa Aceh, Indonesia, dan Inggris. "Bak
tempat nyoe geupeudong Hotel Aceh, teumpat singgahan Presiden Soekarno
watee geusaweu Aceh lam buleuen Juni 1948. Di Hotel Aceh nyoe Presiden
Soekarno sira geumoe geulakee bantuan rakyat Aceh beujeut geubri kapai
teureubang guna keupeuntengan diplomasi Neugara Indonesia. Ban dua boh
kapan teureubang nyan teuma geuboh nan Seulawah 01 ngon Seulawah 02".
(Di lokasi ini pernah bediri
Hotel Aceh tempat Presiden Soekarno singgah dalam undangannya ke Aceh
pada Juni 1948. Di hotel inilah Soekarno sambil menangis tatkala meminta
rakyat Aceh untuk membantu membeli pesawat guna kepentingan diplomatik
Indonesia. Kedua pesawat sumbangan rakyat Aceh kemudian diberi nama
Seulawah 01 dan Seulawah 02).
Sejak 1997, Hotel Aceh tidak
beroperasi lagi. Lalu, pada April 2001, hotel ini terbakar. Seperti
dikutip Gatra, kebakaran hotel yang berumur sekitar 100 tahun itu
terjadi selepas zuhur. Api melalap seluruh bangunan.
Menurut rencana, hotel tersebut akan diberi nama "Novotel Hotel Aceh"
yang merupakan gagasan dari Bustanil Arifin, mantan Menteri Koperasi
semasa Orde Baru. Untuk mewujudkan itu Bustanil menggagas kerjasama
dengan Accor Asia Pacific atau AAPC. Ini perusahaan pariwisata yang
memiliki 2.650 jaringan hotel di dunia.
Namun, rencana proyek itu gagal
di tengah jalan. Krisis moneter yang menghayak Indonesia pada 1998
membuat pembangunan hotel dihentikan. Padahal sejumlah tiang pancang
telah didirikan.
Setelah tsunami 2004,
pancang-pancang di areal bekas Hotel Aceh itu dicat warna-warni.
Beberapa penyair Aceh seperti AA Manggeng dan LK Ara pernah menggelar
acara baca puisi di tempat ini.
Di bawah pancang warna-warni itu, rumput tebal terhampar bak permadani. Di sini, sejarah pesawat Garuda itu bermula.[]
Dikutip dari Rubrik Sejarah Atjehpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar