Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik.
Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Tio
bersama Sany kekasihnya, sahabatku Ricky entah kemana? Mall, bioskop
ataupun perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi
sendirian.
mmm…Pantai.
Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.
Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai
mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi
aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.
Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun
tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun
di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet
seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah
tak layak dikendarai.
Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya.
Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan
pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang
menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat
dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.
Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok
mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti
di tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.
Ah…kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan
untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas
tersengal-sengal, kujamah bahunya.
“Ky!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.
“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tak mengenalku.
“Ky. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.
“Sudahlah, Sophia, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.
“Ky…Ky…knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku
sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak
kelihatan.
-----
Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh
besar, aku tetap mengganggap Ricky adalah sahabat terbaikku, tapi Ricky
punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Tio.
Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cintai bukan aku, tapi
Sany, teman sekelasnya.
Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!
Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?
Tak mendapatkan cinta Tio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan
tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas,
kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama
kali, orang yang Tio cintai adalah orang lain.
Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat .
Bukankah, kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup
berbahagia, baik bersama kita atau tidak?
Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri
persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi
apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan
dipertemukan lagi.
Karena bagiku, cinta
dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun
membuat aku bisa memilih satu diantaranya.
-----
Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap
bisa melihat sosok Ricky lewat disekitar sini lagi. Tapi, Ricky hilang
bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.
Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi.
Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Ricky ada
di sekitarku.
Kubalikan kepala,
kulihat sosok Ricky setengah berlari menyeberang jalan di belakang
posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang.
Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.
Akhirnya kulihat Ricky, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus ,
sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.
“Knapa Ricky lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya?”
”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”
”Knapa semua ini dia lakukan?”
“Knapa?”
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.
Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku
dalam lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada
Ricky. Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba
menggonggong.
Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.
“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.
Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky
pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada
di depannya.
“Ky…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.
“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.
Tanpa bicara, Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk.
Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi.
Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman.
Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.
“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.
Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput
dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Ricky tahu betul aku
penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya,
setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan
kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang
di dinding ruang tamu ini.
Bulir-bulir
air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku
benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta
Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan
ini adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi
pelukan yang berbeda?
Ricky kaget,
namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih erat lagi ,
seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak
terbendung dalam hatinya.
Kami
menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami
masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya
Ricky mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering
dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan
tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam
hangatnya suasana malam itu.
---------
Sekarang Ricky sudah tahu, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sany juga telah menjadi anggota genk kami.
Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang
sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat.
Ah…menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.
“Ky , biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan
muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Ricky mengungkit masalah
ini lagi.
“Oke, aku akan selalu
menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada seorangpun yang mampu
membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu membuat aku damai, tenang
dan bahagia.” jelasnya panjang lebar
Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi
hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.
Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai,
ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Ricky.
Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin
berarti dan lebih bahagia.
-----
o
Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu.
Kebaikan-kebaikan Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan
keberadaannya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari
dalam hatiku.
Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.
Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku
merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Riky.
Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar