“Hha..hha..hha..” terdengar suara
desahan nafas dari mulut Lukas yang sedang ngos-ngosan berlari dalam
rangka pengambilan nilai lari estafet. Pukul 09:35 WIB cuaca lagi berada
pada titik terbaik, sinar matahari bagaikan jarum-jarum yang menghujani
tubuh, langit yang begitu menyilaukan seperti bidadari ingin turun dari
singgasananya untuk melihat bumi. Saat semuanya mengambil posisi untuk
lari, Lukas bersiap mengambil ancang-ancang dan segera melihat jam
tangannya. Itulah kebiasaan yang selalu dilakukan Lukas setiap ingin
melakukan sesuatu, bukannya iy Mr. Perfect atau Mr. On Time tapi, hanya
elergi dengan menit ke 45 karena pada menit itulah selalu terjadi hal
yang aneh dalam hidupnya.
09:40
WIB, “bersedia….siiaap…yaa” seketika semua pelari pertama berlari
bersamaan. Semua perempuan bersorak menyemangati teman-temannya yang
sedang berlari demi sebuah nilai dan tibalah saat dimana tongkat estafet
akan diberikan pada Lukas yang bersiap sambil melihat jamnya itu. Tepat
pada pukul 09:43 WIB Lukas menerima tongkat itu dan berlari secepat
mungkin untuk mencapai garis finis sebelum menit ke 45 namun, beberapa
saat sebelum menggapai garis finis tiba-tiba 09:45 WIB “bruk..” tanpa
sadar tongkat estafet terlepas dari tangan Lukas. “yah..yah..yah…
akhirnya menit ke 45 tak menghalangiku tuk menjadi sang juara, akhirnya
^_^…” kesenangan terpancar dari mulut Lukas. 09:50 WIB, “baiklah ankku
sekalian, yang jadi juaranya adalah kelompoknya Lukas..” “hore..” lukas
yang menyelan perkataan pak guru. “tapi..tapi, karena saat mencapai
finis tanpa memegang tongkat jadi, kalian dianggap tak memasuki finis”.
“yah…” dengan bersamaan teman lkas berteriak. “makan tuh menit ke 45 mu
yang bikin sial itu Luk”. “huff… iy..iy.. nh gue ambil celaka-celaka
skalian dengan percikan-percikannya yang mengenai kalian, Puass…???”
kata Lukas yang sedikit emosi.
08:10 petang, Lukas lagi
asyik-asyiknya telponan dengan dengan seorang gadis yang menarik hatinya
yang dipanggilnya Ipe. Ditengah malam yang berselimutkan kegelapan, di
tirai langit yang berhiaskan bintang-bintang, dan diantara jendela
mungil Lukas larut dalam pembicaraan namun, “tiiit..tiiit..tiiit..tiiit”
sambungan telepon terputus, seperti biasanya, pada menit ke 45
panggilan akan terputus jadi, bagi mereka berdua itu adalah hal yang
lumrah. Tanpa canggung Lukas kembali menelpon sampai menit ke 45
berikutnya tiba.
07:13 pagi, saat
mentari menyapa dengan cahayanya yang hangat dan langin yang terlihat
serasi bersama awan yang berlarian di angkasa, Lukas telah bersiap tuk
berangkat ke sekolah ditemani senyuman yang berharap agar tak banyak hal
yang nyebelin pada menit-menit ke 45 hari ini. Belum beberapa saat
setelah ngucapin kalimat itu, mata yang tak berdosa Lukas melihat
sesuatu yang memacu adrenalin dan buat penasaran. Matanya tak sengaja
melihat segerombolan orang yang memakai pakaina formal memasuki salah
satu bank yang berada 2 blok dari sekolahnya. Namun, bukan pakaiannya
itu yang buat penasaaaran tapi, apa yang ada di dalamnya itu yang
membuat Lukas bertanya-tanya. Gelagat mereka itu mengingatkan akan film
action yang Lukas nonton beberapa jam lalu sebelum iya pergi ke sekolah.
“sikap mereka seperti para bandit-bandit texas yang masuk ke kasino
untuk merampok, apalagi mereka memakai rompi anti peluru dan mengantongi
pistol dan memasukkan AK 47 dalam tas raketnya”. Dugaan Lukas. Karena
penasaran, akhirnya Lukas mengikuti orang-orang itu dan iya melihat
salah satu dari mereka bergerak ke arah lain sambil membawa sebuah tas
besar, karena Lukas lebih mencurigai isi tas itu makanya, iya dengan
cegatan mengikutinya. Teryata dugaannya benar, orang itu menaruh bom
pada 4 pilar utama gedung.
Pukul 08:21 WIB, dengan hati
yang sedikit ragu, akhirnya Lukas memberanikan diri untuk menyabotase
rencana para bandit-bandit itu. Iya berusaha mendekati meja kasir untuk
bisa mengambil telpon dan menelpon polisi. “Duk..duk..duk..duk..” dengan
hati yang dek-dekan iya berusaha agar tidak ketahuan saat berbicara
namun, baru saja telpon mau diangkat, salah satu dari bandit itu datang
tuk mengontrol area sekitar gedung. Akhirnya Lukas berlari ke ruangan
lain tapi, ternyata tempat yang dimasukinya adalah tempat penyekapan
para sandera, “upps…!!! Bisa-bisa tembus nih kepala kalau ketahuan,
hati-hati Luk..hati-hati…”. Lukas segera bersembunyi di bawah meja yang
ada di dekatnya. “treng..treng..treng..” suara alarm jam berbunyi.
“adduh…!! Nih bener-bener sial nih menit ke 45” katanya dalam hati.
“bos, sekarang sudah waktunya kita pergi”. Kata seseorang dari mereka.
08:33
WIB, “astaga.. kelihatannya harus memakai trik dari Arnold (actor film
action kesukaan Lukas), cepat, tepat, akurat, dan kuat”. Dengan percaya
diri Lukas keluar dari persembunyiaannya dan berlari dengan cepat keluar
dari ruangan itu sambil mengambil sebuah heandphone yang tergeletak di
lantai. “huff, ayoo Luk kamu pasti bisa, 911 aku menghubungimu..”
berusaha menyemangati dirinya. Sambil menelpon polisi iya terus berlari
sambil melihat jamnya yang telah menunjukkan pukul 08:38 WIB.
“wadduh…!!! Keberuntunganku hampir habis nih, aku tidak mau mati di
tempat seperti ini, saatnya rencana B..” keyakinan Lukas yang telah
ngos-ngosan berlari. Rencana B adalah bersembunyi ke tempat yang tak
mungkin orang lain bisa menemukanmu. Itulah yang sedang iya kerjakan dan
akhirnya iy menemukan juga tempat yang tepat yaitu, di fentilasi udara.
“hehehehehe… tak sia-sia gue nonton film action terus.” Membanggakan
diri. “anak sialan, cepet banget tuh larinya, itu manusia apa
monyet..???” kata bandit yang mengejarnya.
08:43 WIB, terdengar sirine
mobil polisi telah meraba telinga Lukas dan setelah merasa aman iya
keluar dari fentilasi dan iya segera ketempat bom yang tinggal beberapa
menit lagi. Setelah sampai di tempat itu, Lukas baru sadar bahwa apa
yang di hadapannya itu adalah bom plastik yang paling berbahaya.
“waddduh…!!! Salah sedikit bisa rugi 3 M nih orang tua, huff..” cemas
Lukas. Mengingat cara Arnold mematikan bom dalam filmnya, akhirnya
Lukas mencoba untuk memotong kabelnya. “ngeeng” suara air liur yang
tertelan karena kecemasan. Ada berbagai macam kabel yang ada di bom itu
dan salah sedikit aja bisa memicu ledakan lainnya, beberapa menit Lukas
bediri di tempat itu namun, iya masih berfikir, kabel apa yang harus iya
potong. “tuff..tufff” suara senjata api yang saling beradu. Karena
kaget melihat suara itu, tangannya tak sengaja memotong sebuah kabel
yang membuat waktunya menjadi 5 detik pada Jam bom tersebut.
“addduh..!!!! Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu, selamat tinggal
orang yang menyayangiku, selamat tinggal orang-orang yang membenciku
dan selamat tinggal kesialan.” Kepasrahan Lukas. 5 4 3 2 1…
“tidakk..” teriak Lukas sambil menutup telinganya.
08:45:10 WIB, “loh koq tidak
meledak..???” Lukas keheranan. Iya baru tersadar bahwa pada saat
kabelnya terpotong tepat pada menit yang ke 45. “Yes.. akhirnya menit ke
45 telah membawakan kemurahan hatinya padaku…,,, ALHAMDULILLAH..
>_< ,,!!!”. Lukas pun segera melarikan diri dari tempat itu
sebelum ada yang melihatnya dan segera kesekolahnya. Walaupun terlambat
tapi, iya telah membuat menit ke 45 menjadi sahabatnya… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar