Sabtu, Desember 10, 2011

DARI ACEH UNTUK SOMALIA



Empat juta rakyat Somalia kelaparan dan 750 ribu orang beresiko tewas dalam empat bulan ke depan. Ibu-ibu di Somalia terpaksa meninggalkan bayi mereka di sepanjang jalan dan terpaksa memilih pilihan mengerikan: Menyelamatkan yang lebih kuat demi yang lemah atau memilih anak mereka meninggal dalam pelukan mereka. 

SOMALIA, apa yang terlintas dalam benak kita saat disebutkan kata tersebut? Jawabannya hampir bisa dipastikan cenderung negatif, bahkan terkadang merendahkan; negara gagal, negara perompak dan atau negara teroris karena menjadi salah satu basis terbesar kelompok Al-qaida yang diburu dunia internasional, terlebih Amerika Serikat.

Terlepas dari “status” tersebut, ternyata Somalia itu sudah empat tahun berturut-turut tidak dituruni hujan. Kondisi tersebut memicu kekeringan yang mengakibatkan terjadinya bencana kelaparan paling memilukan di abad ini. Ya, akhir Juli lalu, Organisasi Pangan dan Pertanian dunia (FAO) mengatakan, 12,4 juta orang di wilayah Somalia, Kenya, Uganda dan Ethiopia yang dilanda kekeringan, membutuhkan bantuan mendesak.

Dari keempat negara tersebut, Somalia merupakan yang terparah kondisinya karena kekeringan dan konflik internal yang melanda Negara tersebut. Puluhan ribu pengungsi membanjiri kamp pengungsian di Ethiopia dan Kenya. Rata-rata dalam satu hari terdapat 3000 pengungsi baru memasuki wilayah kamp.

UNICEF memperkirakan, 1,25 juta anak di Somalia Selatan sangat memerlukan pertolongan, termasuk 640.000 anak yang kini mengalami kelaparan akut. Ibu-ibu terpaksa meninggalkan bayi mereka di sepanjang jalan dan memilih pilihan mengerikan: menyelamatkan yang lebih kuat demi yang lemah atau mereka yang memiliki anak meninggal dalam pelukan mereka (Republika, 8/8/2011).

Negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut melalui bulan Ramadhan lalu dengan sangat memprihatinkan. Tidak ada makanan yang biasanya bertebar menjelang berbuka di pasar-pasar, di jalan-jalan, dan di seputar tempat ibadah. Yang ada adalah penderitaan dan kekurangan pangan yang makin mencemaskan dengan banyaknya anak-anak meninggal tiap hari akibat kekurangan gizi dan kelaparan.

Selain kekeringan terburuk yang melanda Somalia dalam 60 tahun terakhir, krisis Somalia juga disebabkan tak kunjung usainya krisis politik yang melanda negeri tanduk Afrika tersebut. Praktis setelah Presiden Siad Barre ditumbangkan tahun 1991, Somalia berdiri tanpa pemerintahan pusat yang efekktif. Pemerintahan sementara yang didukung oleh PBB mendapat perlawanan dari kelompok garis keras Al Shabaab. Al Shabaab berusaha untuk menggulingkan pemerintahan sementara yang hanya menguasai sejumlah wilayah Mogadishu. Selama bertahun-tahun, Somalia dilumuri darah perang saudara yang mengakibatkan kehidupan ekonomi, sosial dan stabilitas keamanan sangat terganggu.

Somalia berada dalam duka dan membutuhkan bantuan dari dunia internasional. Kelaparan dan perang saudara menjadi ancaman paling utama. Negeri tanduk Afrika itu dilanda dua duka. Kerenanya, dinantikan kiprah umat manusia secara umum dan umat Islam dari seluruh dunia secara khusus. [SI]

Bantu Somalia, IKAT Aceh Galang Dana

BANDA ACEH - Krisis berujung kelaparan massal di Somalia sejak 1991 mendorong Ikatan Alumni Timur Tengah Aceh menggelar penggalangan dana bertajuk 'Aceh Peduli Somalia' untuk membantu warga di negara yang jumlah penduduk beragama Islamnya mencapai 98 persen.

Menurut Muqni Affan, Sekretaris IKAT-Aceh, dalam rilis yang dikirim ke The Atjeh Post, Senin (3/10), data Food Security and Nutrition Analysis Unit Somalia menunjukkan empat juta penduduk kelaparan dan 750 ribu orang beresiko mati dalam empat bulan ke depan jika tidak ada bantuan sesegera mungkin.

Data lembaga itu, kata Muqni, juga menunjukkan 10 ribu penduduk Somalia telah meninggal dunia akibat kelaparan, setengahnya terdiri dari anak-anak.

Musibah kelaparan, kata dia, dipicu beberapa faktor. "Salah satunya gagal panen periode Oktober– Desember 2010 dan periode April–Juni 2011 dan menurunnya hasil panen sejak 17 tahun yang lalu, sehingga terjadi pengangguran besar-besaran, menurun persedian pangan dan akibat banyaknya hewan ternak mati," ujar Muqni.

Faktor lain, tambah dia, stabilitas politik dan perang saudara yang menyebabkan bantuan asing tidak mudah masuk. "Semua NGO asing diusir Gerakan Pemberontak Assyabab Mujahidin dengan alasan NGO asing mempunyai misi terselubung," ujar Muqni.

"Membantu krisis tersebut jadi tanggung jawab pribadi dan umat Islam di seluruh dunia. Dan dikuatkan lagi oleh seruan Persatuan Ulama International untuk menolong Somalia," ujar Muqni.

IKAT Aceh sendiri mengajak masyarakat Aceh bahu-membahu mengalang dana bantuan untuk umat Islam Somalia. "Kami mohon partisipasi mahasiswa, remaja masjid seluruh Aceh, dan para relawan di kampung-kampung tentunya dengan sepengetahuan keuchik dan imum," ujarnya.

Penggalangan dana, lanjut Muqni, bisa dilakukan dengan menyebarkan kotak amal dan kaleng kepada masyarakat dan jika telah terkumpul akan disetor ke rekening bank. "Kemudian bukti setoran bisa dikirim ke Sekretariat IKAT. Dan ini memudahkan kami mencatat dana dari kelompok masyarakat tersebut," ujarnya.

Aceh Peduli Somalia, sambung Muqni, ditutup seminggu setelah lebaran Idul Adha 1432 Hijriah. "Bantuan akan disalurkan secara efektif dan efesien kepada korban di Somalia bekerjasama dengan lembaga terpercaya yang sudah memiliki akses ke Somalia."

Tidak ada komentar: