Senin, Agustus 15, 2011

Buatmu Ibu Dari Anakmu


Kasihmu tak mungkin kulupakan,
Cuma aku khayal dalam arus duniawi,
Tatkala nasihatmu menjadi titisan hangat ditelingaku.
Tatkala aku lupa akan nasihatmu,
Dosakah aku sebagai anakmu, Ibu………….?

Aku merintih,
Menangis,
Mengenang diri ini.

Layakkah aku menjadi anakmu.

Engkau senantiasa mendoakan kesejahteraanku.
Doa mu tak pernah putus walau aku terlena dalam tidurku.
Sholatmu senantiasa berakhir dengan doa untukku.
Suaraku tak pernah hilang ditelingamu.
Kasih sayangmu tak hilang ditelan zaman.

Namun, anakmu ini sering lupa akan itu.

Layakkah aku menjadi anakmu.

Airmata ini menetes tatkala aku terkenangkanmu, Ibu.
Kasihmu sungguh murni, tak terbanding kasihku untukmu.
Layakkah aku dipanggil anakmu….?

Tatkala bersedih, engkau senantiasa disisi menenangkan anakmu ini.
Tatkala aku menangis, meratapi  kehilangan permainanku,
Engkau senantiasa disisi memujukku.
Tatkala aku memberontak mahukan sesuatu,
Tanganmu pantas mencarinya untukku.
Mampukah aku melakukan semua itu tatkala engkau memerlukanku.
Jika tidak layakkah aku menjadi anakmu, Ibu…?

Ibu..

Mengapa nasihatmu sebegini..?
Mendapat anak sepertiku..
Layakkah aku dipanggil anakmu, Ibu..?

Ibu…

Sudikah engkau menerima anakmu ini..?
Kusesali diri ini..
Semakin melupakanmu..
Layakkah aku dipanggil anakmu, Ibu..?

Kata-katamu sering menenangkanku suatu ketika dahulu.
Menyejukkan hati yang sedang gundah gulana.
Memadamkan api yang sedang marak menyala.
Menyapu airmata yang bergelinang dipipiku.
Kini, tatkala aku telah dewasa.
Aku mulai lupa akan kata-katamu.
Nasihatmu kulemparkan.
Kasihmu kubiarkan terapung dilautan.
Panggilanmu kusahut dengan amarah.

Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu…

Layakkah aku dipanggil anakmu, ibu..?
Maafkanlah anakmu ini.
Maafkanlah dosa anakmu ini.
Aku tidak mau digelar sidurhaka.
Disumpah menjadi batu karena durhaka.

Durhaka kah aku ibu…?

Kusujud ampun darimu ibu.
Syukurku panjatkan karena aku masih berpeluang menemuimu lagi.
Syukur ku ucapkan karena aku masih berpeluang memelukmu lagi.
Syukur kulafazkan, karena aku masih merasa kasih sayangmu lagi.

Namun, layakkah aku menjadi anakmu, Ibu…?
Kasihmu sungguh suci.
Sayangmu sungguh murni.
Nasihatmu amat berarti.
Ya Allah, kau tetapkan lah aku dijalan-Mu.
Agat ku tak lupa asal usulku.
Semoga aku tak lupa siapa yang membesarkanku.
Semoga dirimu, Ibu akan kekal dihatiku,.
Ibu, akanku gembirakanmu.
Akanku tebus kesilapanku.
Akanku kikis salutan yang menutup pintu hatiku selama ini.
Aku ku campak bisikan syaitan yang ingin menggoda anakmu ini.
Semuanya untukmu Ibu.
Layakkah aku menjadi anakmu dengan cara ini..?
Sudikah engkau memaafkan anakmu ini.

Ibu….

Ibu….

Ibu….


                                                                                                                                     By : Amrizal

Tidak ada komentar: